Rabu, 03 Juli 2024

Hidup Baru di Jakarta: Sepi dan Ramainya Ibu Kota

Intan telah mengenyam pendidikan di Bumi Pasundan, kemudian mencoba peruntungan untuk terus bertahan hidup di ibu kota. Di sini aku sekarang, mengimplementasikan ilmu yang aku dapatkan semasa empat tahun kuliah.

Jakarta itu keras, kata banyak orang. Aku setuju berat. Hari PERTAMA kepindahanku ke Jakarta, HP AKU ILAAAANG. Stasiun Manggarai jadi saksi dan Stasiun Tanah Abang adalah tempat aku sadar bahwa mau gak mau aku harus ikhlas.

Lagi-lagi Allah punya rencana yang lebih indah, hilangnya hp aku tergantikan dengan yang lebih baik, yang ternyata sangat menunjang pekerjaanku, pekerjaan yang aku jalani dengan suka cita. Lingkungan yang suportif dan dunia tulis menulis yang aku suka, gak bisa minta lebih dari kebahagiaan macam ini.

Jakarta itu keras, katanya. Tapi, Jakarta juga jadi tempat yang tepat untuk berkembang dan berproses.

Terhitung udah setahun aku di Jakarta. Rasanya setahun ini membuat banyaaak sekali perubahan dalam hidupku, yang untungnya mengarah ke hal positif. Aku seperti menjalani rangkaian mimpi yang diidamkan oleh Intan semasa remaja.

Punya uang sendiri, punya banyak kesempatan, dan menjadi lebih percaya diri. Bisa dibilang aku yang sekarang adalah versi diriku yang aku memang impikan. Memang belum versi terbaik banget, tapi aku menuju ke sana. Aku dalam perjalanan yang tidak ada habisnya untuk membuatku semakin cinta diriku sendiri.

Kesimpulan: Aku jatuh cinta dengan Intan yang sekarang.

Apakah hidup di Jakarta hanya serentetan kebahagiaan yang tak berujung? Berlebihan. Justru, aku merasakan hal yang sebelumnya tidak terlalu aku ambil pusing. Sering sih merasa begini, tapi ini adalah puncaknya.

Tebak apa?

Kesepian.

Lucu ya? Seharusnya aku cukup menjalani hari dengan tenang, tapi proses pendewasaan membuatku bimbang. Banyak yang dipikirin, banyak yang ditahan, banyak hal yang berpotensi akan meledak karena kelamaan bersemayam di pikiran.

Selama kuliah, aku memang udah ngekost. Tapi, kehidupan kuliahku begitu ramai, begitu meriah, begitu penuh manusia. Pas aku kerja, jujur aku belum terbiasa dengan rasa sepi. Terlebih dengan aku yang punya banyaaak sekali energi (extrovert core).

Dalam rangka mengisi kekosongan, tiap Sabtu-Minggu aku habiskan di luar kosan. Baik itu main, ikut komunitas, pokoknya kemana aja aku gaskeun. Tipikal “yes man” banget deh! 

Aku tau ada perbedaan besar antara emang extrovert atau ada yang “salah” dari diriku sendiri.

Lama-lama aku merasa kerepotan atau kewalahan dengan rasa kesepian ini.

Rasanya "penuh" kalau abis main dari luar, tapi perasaanku pas kembali pulang tuh gak wajar. Selama sendirian, aku nangis, aku kepikiran banyak hal, aku stres sendiri. Harusnya gak gini banget kan?

Ternyata, kehidupanku yang keliatan menyenangkan dan lancar-lancar ini emang jauh dari kata sempurna. Aku gak punya tempat untuk pulang. Aku seolah bener-bener sendirian dalam perjalanan pendewasaan ini.

Keluargaku sedang dalam proses pengembangannya sendiri. Kita gak sama-sama lagi karena tujuan masing-masing. Satu sisi, aku bangga sama keluargaku yang mandiri dan punya jalan yang mereka inginkan sesuai kata hati. Satu sisi, udah lupa rasanya bagaimana pulang ke orang.

Intan, yang lagi berkembang di Jakarta. Rindu pulang. Rindu pulang ke rumah. Rindu pulang ke orang. Rindu pulang ke tempat (selain dirinya sendiri) yang nyaman dan menenangkan.

Intan, yang berusaha mengambil banyak kesempatan dengan suka cita, rindu akan kedamaian tanpa hiruk pikuk yang berlebihan.

Intan, pusing... Tapi sudah terbiasa dengan hingar bingar.

Jangan tenggelam ya, Intan, jangan biarkan keramaian mengonsumsi dirimu.

Jakarta, jaga baik diriku.

Share:

7 komentar:

  1. Hidup hanya sekali, kalo dua kali hidup hidup

    BalasHapus
  2. U did well!! Ayo bertahan untuk hal2 baik♡

    BalasHapus
  3. Intan, u did well ❤️ aku tau kamu hebat, semangat ❤️❤️❤️

    BalasHapus
  4. Ini bikin terharuuuu, tann lu kerennn👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻 definisi lu beneran udah ngeluarin usaha terbaik, ayo seringg mainn💪🏻💪🏻

    BalasHapus
  5. selamat tane!! Gua bangga banget lu udah ada sampai titik ini dan bisa menghadapi berbagai rintangan eeakk, bangga juga karna saat ini lu udah jatuh cinta dengan diri lu sendiri. karna gak semua orang bisa berdamai, bersahabat dan mencintai diri sendiri. SELALU JATUH CINTA YA SAMA DIRI SENDIRI!! LOPYU. tentang kesepian, jujur emang gampang2 susah ya. tapi gua yakin kita bisa laluin fase sepi ini. KITA KAN KEREN. doain ya mudah mudahan gua juga bisa fight memulai hidup baru di langit yang sama, biar lu kesepiannya gak sendirian gua temenin ntar sambil minum kopi.

    BalasHapus
  6. Siapa sangka, rasa sepi seorang perempuan yang membuat dia datang ke taman suropati tahun lalu, menjadi bahan bakar sekumpulan anak muda untuk membangun satu pergerakan besar.

    Aku berterimakasih kepada perempuan itu.

    BalasHapus